“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
Saya termotivasi dengan sebuah pepatah yang berbunyi “Life is about connecting the dots”, yang berarti bahwa hidup ini adalah tentang menyambungkan titik-titik. Titik-titik ini mungkin adalah satu pengalaman ke pengalaman lainnya, satu peristiwa ke peristiwa lainnya, satu tujuan ke tujuan lainnya, satu pembelajaran ke pembelajaran lainnya, dan sebagainya Pun, dalam proses perjalanan belajar pada program pendidikan guru penggerak ini, tidak terasa tahap demi tahap telah kami lewati dan kami hampir menyelesaikan mempelajari materi dari program ini.
Proses pembelajaran pada setiap modul diberikan secara rinci dengan mengikuti alur M-E-R-D-E-K-A yang merupakan singkatan dari Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi konstektual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata. Pada setiap alur memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan sekaligus menantang sehingga kami sangat menikmati alur demi alur dari proses pembelajaran ini.
Saya akan mereviu kembali materi-materi yang sudah kami peroleh pada Paket Modul dan Paket Modul 2. Pada awal pembelajaran kami dikenalkan dengan materi Paket Modul 1 tentang Paradigma dan Visi Guru Penggerak, yang terdiri dari Modul 1.1. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara. Modul 1.2 Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak, Modul 1.3 Visi Guru Penggerak, dan Modul 1.4 Budaya Positif. Selanjutnya, perjalanan belajar kami berlanjut dengan materi Paket Modul 2 tentang Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid, yang terdiri dari 3 Modul yaitu, Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi, Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional, dan Modul 2.3 Coaching. Ketujuh materi tersebut sangat bermanfaat dan memberikan kami pengetahuan dan pengalaman baru yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah.
Perjalanan belajar di Program Pendidikan Guru Penggerak belum selesai. Kami masih disuguhkan dengan pembelajaran yang luar biasa lainnya melalui materi Paket Modul 3 tentang Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah. Pada paket Modul 3 ini terdapat 3 modul, yaitu Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, dan Modul 3.3 Pengelolaan Program Berdampak pada Murid.
Berikut ini saya paparkan kesimpulan dan koneksi antar materi Modul 3.1 melalui beberapa pertanyaan pemantik sebagai berikut ini:
1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Pratap Triloka adalah sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara yang berisi tiga semboyan, yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun karsa/semangat/kemauan), dan Tut Wuri Handayani (dari belakang mendukung). Filosofis Prapta Triloka ini tentu saja berpengaruh dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang dalam hal ini adalah guru. Seorang guru yang sudah dapat menerapkan filosofis tersebut tentu akan tahu dimana posisinya sehingga ia bisa mengambil keputusan yang tepat dan bijak. Seorang pemimpin pembelajaran hendaknya dapat menjadi teladan bagi siapapun yang dipimpinnya sehingga keputusan-keputusannya dapat diikuti oleh semuanya. Seorang pemimpin pembelajaran juga harus dapat berada di tengah-tengah yang dipimpinnya sehingga bisa membuat keputusan yang bisa membangun semangat dan menjalin kerjasama diantara semuanya. Ketiga, seorang pemimpin pembelajaran hendaknya bisa membuat keputusan-keputusan yang dapat mendorong dan mendukung bawahannya supaya menjadi pribadi yang mau maju dan terus berkembang, tidak hanya menjadi pengikut yang terus berada dibawah telunjuk orang lain.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Pada modul sebelumnya, nilai-nilai yang harus dimiliki oleh seorang guru penggerak terangkum dalam 5 nilai yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut berpengaruh kepada bagaimana kita mengambil sebuah keputusan yaitu nilai-nilai tersebut memberikan kita landasan bagaimana kita berfikir, berperilaku, dan merasakan sehingga keputusan yang kita ambil dapat sesuai dengan prinsip-prinsip dalam mengambil keputusan seperti Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).
3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Kegiatan coaching yang diberikan oleh pendamping ataupun fasilitator sangat membantu Calon Guru Penggerak dalam memahami dan mempraktekan bagaimana melaksanakan pengambilan keputusan yang tepat. Pengambilan keputusan yang dihasilkan dari kegiatan coaching tersebut saya rasa sudah efektif sehingga pertanyaan-pertanyaan atau keraguan-keraguan yang dirasakan sudah terjawab.
4. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Ada beberapa contoh studi kasus yang disajikan pada modul 3.1 ini mengenai masalah moral atau etika. Studi kasus tersebut memang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, bagi saya studi kasus tersebut memberikan penguatan untuk bagaimana kita tetap berpegang pada nilai-nilai positif yang harus dimiliki oleh seorang pendidik. Nilai-nilai yang ada pada diri kita hendaknya menjadi fondasi bagaimana kita menghadapi masalah moral ataupun etika yang terjadi di sekitar kita.
5. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat dan berdampak pada terciptanya lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman tentunya harus didasarkan pada pemikiran jangka panjang, menggunakan prinsip-prinsip pengambilan keputusan, menerapkan paradigma dalam mengambil keputusan, dan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan yang sudah dipelajari pada modul 3.1 ini.
6. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi di lingkungan adalah bagaimana merubah kebiasaan dan cara pandang atau paradigma. Dalam materi ini dijelaskan proses pengambilan keputusan itu harus memperhatikan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan sehingga bisa membutuhkan waktu berpikir yang lama. Akan tetapi, kami masih terbiasa dengan hasil yang serba ingin cepat sehingga pengambilan keputusan dilakukan tergesa-gesa.
7. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Pengambilan keputusan yang kita ambil ini bisa berdampak pada kegiatan pembelajaran yang memerdekakan murid. Pengaruhnya adalah ketika kita sudah dapat menerapkan prinsip-prinsip, pradigma, langkah-langkah pengambilan keputusan dalam kegiatan pembelajaran, maka konsep pembelajaran yang berpusat pada murid dan konsep merdeka belajar akan dapat terlaksana. Akan tetapi, jika kita masih kesulitan menerapkan prinsip-prinsip, pradigma, langkah-langkah tersebut barangkali tidak mudah untuk mencapai konsep pembelajaran yang berpihak pada murid dan merdeka belajar.
8. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Seorang pemimpin pembelajaran dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya melalui keputusan yang diambilnya. Mengapa demikian? Karena seorang pemimpin memiliki wewenang untuk membuat kebijakan. Misalnya seorang guru memiliki wewenang untuk membuat kebijakan di kelas. Ketika, kebijakan tersebut dibuat dengan kesepakatan murid dan berpihak pada murid, mungkin akan menghasilkan output yang baik bagi murid misalnya murid menjadi senang dan nyaman belajar sehingga murid tersebut bisa mengikuti pembelajaran dengan baik dan bisa mengembangkan potensinya. Akan tetapi, jika kebijakan itu dibuat atas keinginan guru sendiri dan tidak berpihak kepada murid sehingga membuat murid tidak nyaman dan tertekan di kelas, maka akan membuat murid tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan baik, potensinya berkembang, dan bahkan kehilangan semangat untuk belajar dan meraih cita-citanya.
9. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Guru adalah seorang pemimpin yang harus memiliki filosofis Ing ngarsa sung tuladha (di depan memberi teladan), Ing madya mangun karsa (di tengah membangun karsa/semangat/kemauan), dan Tut wuri handayani (dari belakang mendukung). Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki kemampuan mengambil keputusan yang tepat dan berpihak pada murid karena keputusan guru akan berdampak bagi murid baik untuk saat ini atau masa depan murid tersebut.
Dalam aktivitas kita sehari-hari, barangkali kita pernah dihadapkan pada situasi yang membingungkan sehingga menuntut kita untuk memilih satu diantara 2 pilihan yang menurut kita keduanya bisa dibenarkan. Akan tetapi, dalam melihat sebuah kasus kita harus bisa membedakan antara dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika (benar Vs. benar) merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara 2 pilihan dimana kedua pilihan secara normal benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral (benar Vs salah) merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan diantara benar atau salah.
Dalam proses mengambil keputusan dan menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
a. Individu Lawan Masyarakat (Individual Vs. Community)
Adanya pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok besar.
b. Rasa Keadilan Lawan Rasa Kasihan (Justice Vs Mercy)
Adanya pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain.
c. Kebenaran Lawan Kesetiaan (Truth Vs Loyalty)
Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.
d. Jangka Pendek Lawan Jangka Panjang (Short Term Vs Long Term)
Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi di level personal dan permasalahan sehari-hari, atau pada level yang lebih luas, misalnya pada issue-issue dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dll.
Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun berikut ini ada 3 prinsip yang paling sering dikenali dan digunakan. ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihanpilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah:
a. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
b. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
c. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Dalam mengambil dan menguji keputusan, ada langkah-langkah yang bisa kita terapkan sebagai panduan dalam mengambil dan menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkankarena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan. Langkah-langkah tersebut adalah:
Dalam mengambil dan menguji keputusan, ada langkah-langkah yang bisa kita terapkan sebagai panduan dalam mengambil dan menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkankarena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan. Langkah-langkah tersebut adalah:
a. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
b. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
c. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
d. Pengujian benar atau salah
1) Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal)
2) Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi)
3) Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi)
4) Apa yang anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di halaman depan koran? Apakah anda merasa nyaman?
5) Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?
e. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
f. Melakukan Prinsip Resolusi
g. Investigasi Opsi Trilema
h. Buat Keputusan
i. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Setiap keputusan yang diambil pasti akan ada dampak yang ditimbulkan. Oleh karena itu, semoga kita bisa menjadi pengambil keputusan yang baik dan bijaksana sehingga keputusan yang diambil dapat memberikan dampak positif. Demikian kesimpulan dan koneksi materi dari materi modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran. Mohon maaf apabila masih banyak kekurangan.
Semoga bermanfaat.
Terima kasih.
Salam Guru Penggerak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar